Desa Talunombo Olah Sampah Plastik Jadi Bbm Setara Solar: Bersertifikat, Hemat, Dan Bisa Direplikasi

Desa Talunombo, Kecamatan Sapuran, kembali menunjukkan kapasitas inovasi berbasis lingkungan dan ekonomi sirkular. Setelah menjadi sorotan nasional karena program pembayaran PBB menggunakan sampah, Talunombo kini membeli sampah plastik dari masyarakat dan desa sekitar, lalu mengolahnya menjadi bahan bakar minyak (BBM) setara solar melalui teknologi pirolisis. BBM hasil olahan ini telah mendapat pengakuan teknis sehingga digunakan untuk alat pertanian dan peralatan desa.
Ringkasan penting (fast facts)
- Lokasi: Desa Talunombo, Kecamatan Sapuran, Kabupaten Wonosobo.
- Teknologi utama: pirolisis plastik — proses termal tanpa oksigen yang mengubah plastik menjadi minyak/fuel.
- Kapasitas alat (per proses): ~50 kg plastik per siklus; hasil sekitar 40–45 liter BBM per 50 kg plastik.
- Produksi/kapasitas bulanan TPS3R Lestari (Talunombo): dilaporkan mampu menangani puluhan ton sampah — disebutkan angka sekitar 13,6 ton per bulan dan melayani ratusan kepala keluarga.
- Sertifikasi dan keamanan: BBM hasil olahan telah mendapatkan pengujian/sertifikasi teknis sehingga dinyatakan aman digunakan untuk mesin diesel/solar.
- Harga jual masyarakat: Rp 10.000 per liter (dipasarkan untuk kebutuhan alat-alat pertanian dan operasional TPS3R).
Bagaimana prosesnya: dari plastik rumah tangga ke bahan bakar
Desa Talunombo mengelola sampah secara terstruktur melalui TPS3R (Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle) bernama Lestari. Alur dasarnya: pengumpulan dan pemilahan sampah (organik/anorganik) —> plastik yang layak proses dikompakkan dan dimasukkan ke reaktor pirolisis —> dipanaskan tanpa oksigen sehingga plastik terurai menjadi fraksi minyak —> minyak mentah disuling/diolah lebih lanjut hingga mendekati spesifikasi solar/diesel untuk penggunaan mesin. Teknik ini memungkinkan konversi massa plastik menjadi volume BBM yang cukup signifikan; sejumlah liputan lokal mencatat hasil sekitar 40–45 liter dari 50 kg plastik dengan durasi proses sekitar 10–12 jam per siklus.
Penanganan residu juga dijalankan: sisa padatan (char) dan gas non-kondensat dikelola sesuai prosedur agar dampak lingkungan diminimalkan. Selain energi, sampah organik diproses terpisah menjadi media tanam atau kompos sehingga seluruh alur menjadi lebih sirkular.
Legalitas dan keamanan: ada pengakuan teknis
Poin yang sering menjadi perhatian publik adalah keamanan penggunaan BBM alternatif pada mesin diesel/solar. Menurut keterangan resmi media lokal, produk BBM yang dihasilkan Talunombo telah melalui pengujian sehingga memperoleh pengakuan teknis (disebutkan lolos uji/sertifikasi oleh lembaga terkait), sehingga dinyatakan aman untuk mesin pertanian—mulai dari penggilingan padi, traktor, hingga mesin operasional TPS3R. Keberadaan sertifikasi ini menjadi modal penting agar penggunaan BBM tidak menimbulkan masalah teknis pada mesin petani.
Dampak lingkungan dan ekonomi: dua manfaat sekaligus
Inovasi Talunombo dirancang untuk menyelesaikan masalah ganda: menurunkan beban sampah plastik yang sulit terurai sekaligus menciptakan sumber energi alternatif yang bernilai ekonomi.
Secara lingkungan, konversi plastik mengurangi volume limbah yang berpotensi mencemari tanah dan aliran air. Secara ekonomi, warga yang menjual plastik memperoleh pemasukan langsung, desa mendapatkan pemasukan dari penjualan BBM, dan petani/eoperator alat pertanian bisa memperoleh bahan bakar yang lebih murah—laporan menyebut BBM dijual Rp 10.000 per liter, jauh lebih murah dibandingkan harga solar komersial/subsidi di beberapa wilayah.
Beberapa laporan lokal menyebut bahwa program PBB bayar dengan sampah telah melibatkan ratusan wajib pajak dan menambah PAD desa sekaligus memerlukan koordinasi antarinstansi agar berkelanjutan.
Kolaborasi antar-desa dan dukungan pemerintahan
Program Talunombo bukan kerja satu pihak: desa menggandeng desa tetangga, komunitas pengelola sampah, dan TPS setempat—sebut saja TPS Desa Sedayu sebagai salah satu pemasok sampah plastik—untuk memperbesar pasokan bahan baku. Menurut Ketua KSM Lestari, Eko Peratyawan, pembelian plastik dari masyarakat telah berjalan selama enam bulan terakhir dan terus meningkat seiring makin dikenalnya program ini.
Perhatian pemerintah pusat juga nyata: inovasi pembayaran PBB dengan sampah dan pengolahan sampah menjadi energi menarik perhatian Kementerian Dalam Negeri, hingga memicu kunjungan staf khusus dan rencana replikasi model di daerah lain. Catatan media menyebut Kemendagri memantau dan mendorong replikasi praktik baik ini.
Testimoni dan suara masyarakat
- “Kami menerima sampah plastik dari masyarakat untuk diolah menjadi BBM setara solar. Semoga kegiatan ini bisa menjaga lingkungan tetap bersih sekaligus menciptakan peluang ekonomi baru,” ujar Eko Peratyawan, Ketua KSM Lestari Talunombo.
- Kepala Desa Badarudin menegaskan bahwa langkah ini bagian dari komitmen meningkatkan kemandirian energi desa dan memperkuat perekonomian lokal melalui pendekatan ramah lingkungan.
Catatan teknis dan tantangan
Walau menjanjikan, beberapa aspek perlu mendapat perhatian jika model ini akan ditingkatkan atau direplikasi:
- Standarisasi produk: perlu protokol uji kualitas berkala agar komposisi BBM konsisten dan aman untuk berbagai jenis mesin.
- Manajemen emisi: proses pirolisis menghasilkan gas dan residu yang mesti dikelola agar tidak menimbulkan polusi baru.
- Skalabilitas bahan baku: beberapa laporan menunjukkan desa justru kekurangan pasokan plastik yang layak olah saat program sukses—ini menandakan kebutuhan rantai pasokan yang andal.
- Regulasi & insentif: dukungan teknis dan regulasi dari pemerintah daerah/ pusat diperlukan untuk mempercepat adopsi dan memastikan praktik aman.
Dari sampah jadi solusi yang bisa menular
Desa Talunombo menunjukkan bahwa masalah sampah tidak harus selalu menjadi beban; bila dikelola dengan teknologi, tata kelola, dan dukungan institusi, sampah plastik dapat menjadi sumber energi dan nilai ekonomi nyata bagi masyarakat desa. Keberhasilan Talunombo—yang menggabungkan inovasi teknis, diplomasi publik (program PBB), dan kolaborasi lokal—layak menjadi referensi untuk replikasi di wilayah lain, tentu disertai standar teknis dan pengawasan lingkungan yang ketat.